Rabu, 21 Januari 2009

story about us 4

“jadi Bapak Didin dan Ueki sudah saling kenal ya ?”, tanya Siti, “yups, aku mengenalnya beberapa bulan lalu”, jawab Bapak Didin yang berjalan sambil membaca buku “alive of a life an admirer”. Pagi ini, Siti, Faisal dan Nurhayati akan memulai hari pertamanya latihan pencak silat, mereka bersama Bapak Didin terlihat sedang berjalan menuju ruang aula Texmacogakure. Nurhayati kini sudah tidak cemberut lagi karena ternyata setelah didesak oleh murid-muridnya, akhirnya Bapak Didin bersedia mengganti Handphone yang hampir membuat perang antar guru-murid terulang lagi. “bapak Didin ?, kenapa sich tadi Bapak telat lagi ?”, Tanya Siti, “ummh, maaf, lagi-lagi jalan kehidupan telah menyesatkanku.”, Bapak Didin menjawab dengan santai tanpa beban, “tapi, aku cuman terlambat hanya dua jam koq, satu jam lebih cepat dari kemarin. Bukankah ini suatu kemajuan ?”, tambah Bapak Didin yang masih berjalan sambil membaca buku “alive of a life an admirer”. Siti geleng-geleng kepala mendengarnnya, Faisal mendadak sesak nafas ketika menyadari bahwa keterlambatan Bapak Didin pasti akan selalu terjadi, itu berarti setiap latihan dia dan dua temannya pasti akan selalu menunggu, dan itu juga berarti mereka akan cepat tua sebelum umurnya. “tidaaaaaaaaaaak”, Faisal tiba-tiba berteriak-teriak ketika menyadari tidak akan ada lagi wanita yang naksir padanya saat wajahnya terlihat tua nanti. Sementara Nurhayati tidak banyak yang dia lakukan sepanjang perjalanan kecuali hanya memainkan handphonenya.
“oke…. Aku akan memberikan pelajaran pertama kalian yaitu pengetahuan sekilas tentang perguruan pencak silat Raksa Budhi.”, ucap Bapak Didin setelah mereka sampai di Aula “meski aku yakin SEBAGIAN dari kalian sudah membacanya dari kitab perguruan”, tambah Bapak Didin lagi, disertai dengan penekanan pada kata “sebagian” sambil menatap Siti penuh curiga.
(perhatian !!!!!!!!!!! bagian di bawah ini akan benar-benar membeberkan sekilas tentang perguruan pencak silat Raksa budhi)
Raksa Budhi adalah sebuah perguruan pencak silat yang bernafaskan aliran cikalong, timbangan dan cikalong pukul. Sementara aliran timbangan adalah seni bela diri yang benar-benar memanfaatkan anatomi tubuh manusia, yang bergerak secara naluriah tanpa paksaan, Aliran Timbangan tidak bertujuan untuk melumpuhkan lawan melainkan untuk menyadarkan lawan. Pola dasar pelaksanaan sistem beladiri timbangan yang bersifat jasmaniah adalah yaitu merebut kedudukan lawan sedemikian rupa, sehingga lawan berada didalam kedudukan sulit menyerang dan mudah diserang. Untuk merebut kedudukan yang ideal, seorang pesilat penganut aliran ini akan memberi kesempatan kepada lawannya untuk membuka serangan. Arus tenaga tidak ditangkis (karena aliran Timbangan tidak mempergunakan teknik tangkisan), akan tetapi dibelokkan atau dihindarkan (egos/elak) yang akan membuat kedudukan lawan menjadi labil. Dalam keadaan labil inilah segera dilakukan penutupan atau perebutan kedudukan sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Untuk dapat melakukannnya seorang Pesilat harus menguasai keterampilan-keterampilan, yang meliputi:
1.kecepatan reaksi
2.pandai menetapkan jarak
3.pandai menempel lawan
4.bisa menilai sikap
5.menyalurkan
6.melepaskan
7.menghindar
(sementara untuk pengertian aliran lainnya sengaja tidak penulis cantumkan dalam tulisan ini karena itu adalah rahasia besar perguruan Raksa Budhi, Jika pembaca penasaran ingin mengetahuinya, mari bergabung bersama kami di perguruan pencak silat Raksa Budhi. Alamatnya di Jl. Industri KIC Desa Kiarapayung Kecamatan Klari Kabupaten Karawang Telp/Fax (0267) 433316. Email: Raksa.budhi@gmail.com
untuk cabang kabupaten Karawang.)
perguruan pencak silat Raksa Budhi memiliki 10 tingkatan berbeda sebagai ciri kematangan seorang pesilat dalam pengamalan ilmunya. Setiap pesilat dikatakan layak untuk naik tingkat jika dia bisa melewati ujian di setiap tingkatannya, makin tinggi suatu tingkatan maka, makin berat ujian yang di berikan. Setelah seorang pesilat sukses melewati ujian yang di berikan dengan selamat maka, dia layak menyandang sabuk sesuai dengan tingkatannya. Tingkatan sabuknya adalah :
1. Sabuk hitam
2. Sabuk hitam strip Satu
3. Sabuk putih
4. Sabuk putih strip dua
5. Sabuk merah
6. Sabuk merah strip
7. Sabuk kuning
8. Sabuk kuning biru
9. Sabuk biru
10. Sabuk hijau
Ket. : (penulis sekarang berada di sabuk putih strip dan untuk maju ke sabuk merah penulis harus latihan sampai lima tahun lagi untuk menjadi lebih kuat agar nantinya bisa melewati ujian dengan sukses. Karena tingkatan sabuk merah adalah tingkatan pesilat yang sudah layak menyandang predikat “pendekar”. Sementara untuk sabuk hijau sendiri, konon menurut para senior penulis hanya dimiliki oleh Bapak Suhendi sang guru besar perguruan Pencak silat Raksa Budhi)


“huh, akhirnya selesai juga penjelasannya”, Bapak Didin sangat lega setelah bisa dengan berhasil menjelaskan semuanya kepada murid-muridnya. “oke, sekarang kalian latihan saja dulu sendiri. Mulai hari ini sampai Minggu depan aku tidak bisa diganggu kecuali bila ada misi yang sangat penting”, ucap bapak Didin lagi. “emangnya mau ngapain Pak ?”, Tanya Siti yang paling cerewet diantara teman-temannya. “aku akan melanjutkan membaca lanjutan novel “alive of a life an admirer” season tiga”, jawab Bapak Didin yang kemudian menghilang dengan meninggalkan gumpalan asap.

3 komentar:

  1. TERUSIN LAGI ZOL CERITANYA*
    TAMPILIN FOTO - FOTO RAKSA BUDHI DOONK

    BalasHapus
  2. kum.salam weh lah kanggo pak di2n....

    mw crita pak di2n neh.blogna.......

    walah.mendingan pak di2n bwt blog cndri ja byar typ hr ku mi d komenan.......

    BalasHapus
  3. alah sgala pen tampilin lg fto.na........

    BalasHapus