Rabu, 21 Januari 2009

story about us 3

Chapter 2
“Tak ada yang bisa”

Pagi itu, langit benar-benar cerah, secerah wajah tiga remaja yang terlihat sedang menunggu seseorang. Mereka terlihat sedang duduk di bangku taman Texmacogakure. Tiga jam telah berlalu, hari pun telah beranjak siang tapi yang ditunggu belum juga datang, tiga remaja yang baru saja lulus dari ujian penerimaan calon pesilat baru ini mulai resah menunggu. “gila lama banget, lama-lama bisa mati bosan gw kalo nunggu terus di sini”, ucap Faisal satu-satunya pria di bangku itu, “mungkin Pelatih kita mau nyoba ngetest kesabaran kita kali”, ucap Siti Nur Aminah, wanita berpipi chubby dan berambut poni yang juga ada di sana, sementara Nurhayati, wanita berperawakan kecil dan berambut panjang sedang sibuk memainkan Hapenya, dia begitu tenang dan seolah tidak peduli dengan keluhan dua sahabatnya itu.
Tiba-tiba dari arah depan terlihat asap mengepul, kemudian dari asap itu samar-samar terlihat seorang pria yang semakin jelas terlihat seiring dengan menipisnya asap itu, di pinggang pria itu melingkar sabuk merah berstrip dua, di tangannya terlihat dia mengenggam sebuah buku. “liat, asap itu ! “ Faisal memasang wajah bingung, “gila, itu kan Bapak Didin, pelatih silat tingkat atas”, Siti menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
“maaf aku terlambat anak-anak. Perkenalkan aku adalah Pelatih dan pembimbing pencak silat kalian. Kalian telah menjalani berbagai macam test yang aku yakini tidak mudah, kalian bertiga telah terpilih sebagai pesilat berbakat dari hasil ujian penerimaan calon pesilat baru, kalian akan memasuki kelas standart internasional. Dan sesuai dengan PERDA no. 7 para pesilat standart internasional minimal harus dibimbing oleh seorang pesilat sabuk merah strip, maka mulai sekarang aku akan membimbing kalian”, “kenapa terlambat ?, padahal ini kan hari pertama kami jadi pesilat, cobalah bapak mengerti hari ini adalah hari yang sangat berharga bagi kami, apa menunggu ini bagian dari test juga ? “, Ucap Siti dalam satu tarikan nafas, “tadi aku tersesat pada sebuah jalan yang bernama kehidupan, makanya aku agak sedikit terlambat”, jawab bapak Didin dengan sangat tenang dan dengan gaya tak memiliki salah, “sedikit ?????”, Faisal dan Siti berteriak secara serempak.
“lupakan saja hal itu, duduklah dengan manis. Aku akan menjelaskan sedikit tentang dunia yang sebentar lagi akan kalian hadapi. Selamat datang di dunia persilatan, sebuah dunia yang penuh dengan darah, dunia yang penuh dengan keringat, dunia yang apabila kalian lemah maka kalian akan mati, dunia yang sangat tidak terduga, dunia yang penuh dengan kejutan, di dunia ini menang bukan berarti kuat, ini bukan dunia untuk anak-anak cengeng, ini adalah dunia milik para pemberani”, “berlebihan”, guman Faisal dalam hati, “heh, kalo orang lain bicara dengarkan donk. Elemen api Teknik pecahan api neraka”, setelah Bapak Didin mengucapkan itu, seketika Handphone yang sedang berada di tangan nurhayati langsung terbakar. Nurhayati yang tadi asyik memainkan Handphonenya kini menjadi illfeel melihat tingkah pelatih barunya yang sadis itu, padahal Handphone yang terbakar itu adalah Handphone baru, hadiah karena telah lulus ujian Silat. “elemen air teknik air penyembuhan”, tiba-tiba Siti berteriak dan dari tangannya keluar gumpalan air yang langsung menyelimuti api yang sedang membakar Handphone milik Nurhayati. “percuma saja”, ucap Bapak Didin yang sedang bersandar di pohon sambil membaca buku yang tadi digenggamnya, sebuah buku yang berjudul “alive of a life an admirer”. “hentikan Siti, teknik penyembuhanmu gak akan berarti, teknik pecahan api neraka adalah teknik tingkat merah strip yang mengeluarkan api yang bisa membakar apa saja dan api itu gak akan pernah bisa padam selama tujuh hari tujuh malam”, Faisal berkata dengan penuh keyakinan “kata siapa ?”, Tanya Siti, kemudian Faisal mengeluarkan sebuah buku yang langsung membungkam Siti, “uuuhmm gitu ya”, Siti berguman sambil manggut-manggut saat membaca buku yang tadi dikeluarkan Faisal “dasar ketahuan gak pernah belajar, padahal mau jadi Pesilat tapi teknik kayak gitu aja gak tau”, ledek Faisal seakan-akan dia lebih pintar dari Siti. “oke, sudah cukup main-mainnya.”, Bapak didin mulai memasang wajah seriusnya setelah tadi sempat memasang wajah yang menunjukkan ekspresi tak berminatnya “sekarang kita akan mulai latihan pertama kita, tapi sebelum itu aku ingin mengetahui sekilas tentang kalian, sekarang satu-persatu dari kalian harap mengenalkan diri. kemudian, sebutkan tujuan kalian jadi pesilat dan sebutkan hal yang kalian suka dan benci”, sambil menutup bukunya Bapak Didin melanjutkan kata-katanya “dimulai dari aku, namaku Didin Bahrudin, tujuanku jadi pesilat adalah karena aku ingin membuktikan pada teman-temanku bahwa aku berguna, hal yang paling kusukai adalah buku ini, kemudian hal yang paling kubenci adalah menunggu kelanjutan buku ini”, ucap Bapak Didin sambil menunjuk buku “alive of a life an admirer”. “oke, namaku Siti Nur Aminah, tujuanku jadi pesilat adalah karena aku ingin bisa beladiri, hal yang paling kusuka adalah biskuit dan permen karet, hal yang paling kubenci adalah menunggu”, Siti berbicara dengan penuh semangat persis seperti semangat Rock Lee saat mendapatkan jurus baru dari Guru Guy, Siti berbicara dengan penekanan dan pengejaan kata yang kuat pada kata “menunggu” seolah menyindir Bapak Didin. “namaku Faisal Nuraidi, tujuanku jadi pesilat karena aku ingin menjadi lebih kuat lagi. Banyak hal yang aku sukai tapi yang paling aku suka diantara semuanya adalah wanita dan hal yang paling aku benci adalah lelaki yang menyakiti wanita”, kali ini Faisal memasang gaya playboy mesum ala Sanji yang sedang merayu Nammy. Suasana hening beberapa menit, “heh, sekarang giliran kamu”, Bapak Didin menunjuk Nurhayati, Nurhayati yang masih kesal karena kejadian tadi dengan ekspresi cemberut yang dipaksakan akhirnya mulai buka mulut, Siti mulai menarik nafas lega karena penantiannya menunggu temannya berbicara akhirnya selesai juga. “namaku Nurhayati dan hal yang paling aku benci adalah Bapak Didin yang udah ngerusak Hape baru gw”, “apa kau bilang ? baru aja jadi pesilat udah bikin gara-gara”, Faisal dan Siti menjauh perlahan-lahan dari tempat yang sebentar lagi akan dijadikan arena pertarungan. “wah, bisa-bisa bakal ada duel antara guru dan murid nich”, ucap Siti dalam hati dengan pikiran menerawang flash back ke belakang mengulang kejadian dimana Sarutobi sekarat karena ulah Orchimaru, Orochimaru kehilangan nyawanya karena perbuatan Sasuke dan Jiraiya tewas oleh Pain. Nurhayati menatap wajah Bapak Didin dengan penuh kebencian…… tapi… tiba-tiba…… muncul seorang anak berambut hijau dan memakai kemeja putih diantara mereka “hy Bapak Didin, maaf ganggu”, anak itu berkata nyaris tanpa ekspresi, “Kosuke Ueki dari turnamen Dewa, apa tujuanmu kemari ?”, Siti dan Faisal saling menatap mencoba mencerna kata-kata pelatihnya tentang turnamen Dewa. Siti menatap Bapak Didin dengan tatapan mata memelasnya yang selalu berhasil dalam merayu para lelaki, Siti mengharapkan pelatihnya itu memberikan penjelasan tentang turnamen Dewa, begitupun dengan Faisal yang sedang garuk-garuk kepala, sementara Nurhayati masih saja memasang raut wajah cemberut yang dipaksakan. Bapak Didin yang merasakan gelagat penasaran dari murid-muridnya itu langsung buka mulut “buka buku dimensi kematian bab tiga halaman tujuh! ”.
“ooooooooooooohhhh”, Siti dan faisal terus mengucapkan kata-kata itu semenjak mereka membuka buku dimensi kematian karya JK. Rowler seorang penulis adik dari JK. Rowling sang pengarang Harry Potter. “jadi Ueki apa tujuanmu kemari ? “, Bapak Didin menyodorkan teh botol Sosro kearah Ueki, “bakat kosong……ada yang telah mencuri bakat kosong dari tangan Raja langit”, “jika bakat kosong dicuri berarti………….”, Bapak Didin tidak mampu melanjutkan kata-katanya. “jika bakat kosong disalah gunakan akan terjadi peristiwa yang bahkan lebih menakutkan dari Kyuubi yang mengamuk di Konoha saat Namikaze Minato sang Hokage keempat berkuasa,”, ucap seorang wanita bermata hijau dan berambut merah muda, “karena ituuuuuuu, sebagai calon Hokage ketujuh aku akan membawa Bakat kosong itu kembali, percayalah !, Dattebayo ! ”, bocah remaja berambut kuning yang memiliki rambut kucing di pipinya menambahkan. “kalian kemana saja ? emang para ninja payah, kalian itu lambat padahal kan kita berangkat bersama-sama tapi aku yang tiba disini duluan. Kalian memang…….”, belum sempat Ueki melanjutkan kata-katanya, tubuhnya sudah dilempar sakura dengan pukulan super powernya warisan dari Tsunade, “lu kan pake Raika senjata suci bintang enam, jadi gak aneh kalo lu lebih duluan nyampe sini. Awas ya kalo sekali lagi jelek-jelekkin dunia Ninja !“, Sakura memaki-maki Ueki yang sudah terbang jauh entah kemana, Naruto yang sudah dari dulu tahu tabiat sakura mundur perlahan-lahan, Bapak Didin mengeluarkan Handphonenya dan menelepon Mr. Kinamart untuk mempersiapkan pertolongan gawat darurat karena Bapak Didin tidak yakin Ueki akan selamat setelah menerima pukulan dari Sakura, bahkan pukulan itu jauh lebih kuat dari Kurogane senjata suci bintang satu milik Robert hayden. “wooow” , faisal takjub akan kekuatan Sakura dan berjanji dalam hati, untuk tidak berbicara sembarangan dihadapan Sakura karena dia takut akan bernasib sama seperti Ueki.
Ueki ditemukan dalam keadaan bersimbah darah dan segera dilarikan ke rumah sakit umum Texmacogakure, dari mulutnya tak henti-hentinya meluncur kata-kata “wanita emang sulit diterka”.
“jadi, apa tujuan kalian kesini ?”, ucap Bapak Suardi sang ketua cabang perguruan pencak silat Raksa Budhi, kini Naruto dan Sakura berada di dalam ruangan yang sangat luas, di ruangan itu terdapat banyak kursi dan meja, ruangan itu adalah ruangan rapat milik Texmacogakure, tapi meski tempat itu sangat luas di ruangan itu hanya ada Bapak Suardi, Bapak Didin, Bapak Riky, Kang Mul, Sakura dan Naruto. Sakura menghela nafas mencoba mengumpulkan kata-kata untuk menjawab pertanyaan itu, sementara Naruto sibuk dengan mangkuk mie ramen di hadapannya yang khusus disajikan kepada dua tamu dari Konoha itu, Sakura sampai geleng-geleng kepala melihatnya. “maksud kami datang kesini adalah meminta bantuan, mungkin anda semua sudah tahu jika bakat kosong telah hilang dicuri. Itu membuat semua manusia bumi pengguna kekuatan di turnamen Dewa kehilangan kekuatannya. Karena itu lah mereka yang masih memiliki kekuatan seperti Ueki yang berasal dari golongan manusia langit, meminta pertolongan kepada golongan lain. Tapi, dari sekian banyak yang dimintai pertolongan tidak semuanya tertarik untuk membantu karena beberapa alasan. Salah satu yang bersedia menolong adalah kami dari Konoha. Kemudian kami atas perintah langsung dari Hokage keenam Kakashi Hatake menawarkan Raksa Budhi untuk dapat memberikan bantuannya, akibat yang ditimbulkan oleh bakat kosong yang disalah gunakan bisa sangat menakutkan, karena itu kami mohon Raksa Budhi dapat memberikan bantuannya“, setelah berbicara panjang lebar Sakura kembali menatap Naruto. di samping kanan dan kiri Naruto kini sudah tertumpuk mangkuk-mangkuk kosong sebagai tanda isinya telah berpindah ke perut Naruto.
“PADEPOKAN PENCAK SILAT PERGURUAN PUSAKA KENCANA”, Rock Lee membaca sebuah papan yang berisi tulisan di depan pintu gerbang Padepokan pencak silat perguruan Pusaka Kencana, “ayooo kita masuk”, Rock Lee dengan semangat masa mudanya mengajak Shikamaru Nara untuk masuk, tapi sang ketua Anbu ini hanya menguap dan berkata “merepotkan” dengan sangat pelan, “kenapa sich gw harus di kasih misi bareng ama cowok hijau norak ini ? bahkan pertanyaan ini terlalu merepotkan untuk dipikirkan, mendingan gw bareng ama Ino aja dech yang super cerewet itu”.
Sakura dan Naruto pulang ke Konoha dengan tangan hampa, ingatannya melayang memutar peristiwa beberapa menit lalu, “sudah saya putuskan. Maaf kami tidak bisa mengabulkan permintaan kalian.”, Ujar Bapak Suardi dengan nada kata yang diplomatis. “kenapa gak bisa ? dasar kakek tua gak punya perasaan, kamu gak tahu apa kalo keadaan ini benar-benar genting, bukankah membela kebenaran dan keadilan itu adalah salah satu sumpah perguruan Raksa Budhi ? atau itu cuman sekedar slogan aja ?”, ucap Naruto dengan tatapan yang menunjukkan ketidakpuasan, “Naruto tutup mulutmu !” Sakura membentak Naruto, “maaf ya bapak-bapak ! teman saya ini memang sudah dari dulu sifatnya begini, bukan maksud dia koq menghina bapak, dia hanya menyampaikan rasa keberatannya dengan cara yang salah, dia memang remaja yang bodoh karena itulah semua hal yang dikatakannya adalah hal yang bodoh”, tapi permintaan maaf Sakura sudah tidak ada artinya. Bapak Didin sudah memancarkan aura Neraka level tiga, Bapak Riky sudah mempersiapkan kunai dan shuriken di balik punggungnya, sementara Kang Mul terlihat sedang memperhatikan kerut-kerut wajahnya lewat kaca “apa tadi dia bilang, bapak-bapak ? emangnya gw udah keliatan kayak bapak-bapak ya ? wajah masih seger dan rupawan gini koq”, ucap Kang Mul dengan Narcisnya, Sakura yang mendengar itu langsung muntah-muntah. “anak muda seperti kalian memang penuh dengan tekat yang membara tapi, kalian belum begitu mengerti tentang arti berpikir dua kali. Ingatlah jika kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan dan kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman. Maka dari itu, kami tidak mengijinkan pesilat kami dikirim dalam misi pencarian bakat kosong, misi ini terlalu berbahaya, meskipun beberapa pesilat kami berpotensi untuk mampu melakukan ini. Tapi misi ini terlalu beresiko. Sebutan pemberani bukan untuk orang yang memenangkan suatu perkelahian namun untuk seseorang yang mampu menghindar dari suatu perkelahian bukan karena takut namun percaya dan yakin bahwa perkelahian bukanlah jalan yang terbaik”, Bapak Suardi menjelaskan alasannya dengan senyuman yang mendamaikan.
“Yuhri, kenapa lu bersikap dingin kepada setiap wanita sich?”, Tanya Ribut dalam sebuah perjalanan menuju kediaman Bapak Suardi bersama Faizol Yuhri, salim dan Muhammadin Mulyana. “wanita itu adalah jenis makhluk yang merepotkan”, jawab faizol seenaknya. “apa ? dasar homo “, Ucap Ribut kepada Faizol. Tiba-tiba satu detik kemudian !!!!!!!!!!!!!. Faizol Yuhri, Salim dan Mul berlalu meninggalkan Ribut yang bermandikan darah, ada sedikitnya tiga pisau menancap di keningnya. “serangan yang sangat cepat, sampai-sampai mata Pinkuganku tidak dapat membaca serangannya”, ucap Mul yang memasang tatapan “ngeri” melihat Faizol. “tak heran jika dia jadi pemimpin kelompok kami”, tambah Mul lagi yang kini memasang tatapan “ngilu” saat melihat lubang-lubang di kening Ribut yang terus mengeluarkan darah. “lain kali jaga ucapanmu”, Faizol berbicara dengan santai seolah bukan dia yang salah, “Faizol. Aku mengerti perasaanmu !!!”, guman Salim pelan
“Faizol Yuhri, Muhammadin Mulyana, Salim, Ribut ?”, Bapak Didin mengabsen tiga pesilat di hadapannya, “mana Ribut ?”, Tanya Bapak Didin. Mul dan Salim langsung menatap Faizol seolah mengisyaratkan bahwa Faizol adalah penyebabnya, sementara yang ditatap hanya “bengong” dan diam. “lapor ! tiga pesilat kecuali Ribut yang bapak panggil telah berkumpul disini dan siap menerima misi”. “misi kalian kali ini adalah misi tingkat sabuk kuning biru”, Bapak Suardi berbicara dengan datar nyaris tanpa ekpresi. Muhammadin dan Salim saling pandang, sementara Faizol Yuhri hanya tersenyum, Bapak Didin garuk-garuk kepala kemudian dia menatap satu persatu wajah tiga pesilat di hadapannya, Bapak Didin tidak yakin mereka bisa menerima misi tingkat sabuk kuning biru, meski Bapak Didin belum pernah menerima misi tingkat itu, tapi dia yakin misi ini pasti akan sangat berat. Bapak Didin pernah memimpin misi tingkat sabuk kuning saat dia berada di level sabuk merah, misi itu menewaskan empat puluh pesilat dari total lima puluh pesilat yang dia pimpin, adapun misi tingkat sabuk kuning itu berada satu tingkat di bawah misi tingkat sabuk kuning biru. “maaf pak, kenapa mereka diberi misi tingkat sabuk kuning biru padahal kan mereka baru berada di level sabuk putih strip ? “ “akan ada peningkatan kekuatan dalam setiap generasi”, jawab Bapak Suardi dengan senyum, sebuah jawaban yang singkat tapi bermakna dalam sekali.
“Heri ? siapa yang melakukan perbuatan ini kepadamu ?”, “Dementor, sang makhluk penghisap kebahagiaan. Dan seorang pria yang sangat kuat”, jawab Heri dengan lirih.
“maaf bila saya lancang, bolehkah saya bertanya kenapa Bapak sampai berubah pikiran ?”, ucap Bapak Didin hati-hati saat Faizol, Salim dan Mul telah pergi menjalankan misinya. “bukan berubah pikiran, dari awal saya sudah berniat untuk tidak memberi bantuan kepada mereka”, jawab Bapak Suardi dengan senyuman. “tapi kenapa Bapak mengirim Faizol, Salim dan Mul untuk menyelidiki kasus ini ?”, Tanya Bapak Didin penuh dengan ketidakpuasan, “mhhhmmm, bakat kosong adalah sesuatu yang berbahaya yang keberadaannya dijaga dengan sangat ketat sekali, saking ketatnya sampai tidak akan mungkin ada yang mengambilnya kecuali………”, Bapak Suardi menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kata-katanya, “kecuali bila ada konspirasi jahat yang telah mengambil Bakat kosong dari dalam. Bakat kosong tidak akan bisa diambil dari luar tapi ada kemungkinan untuk mengambilnya dari dalam, dalam hal ini orang dalam pasti terlibat dalam hilangnya bakat kosong. Maka dari itu………”, belum sempat Bapak Suardi menjelaskan kata-katanya, “cukup pak ! saya mengerti”. Bapak Didin memotong kata-kata Bapak Suardi.
Apakah pembaca bisa menerka kira-kira apa rencana Bapak Suardi sebenarnya ?
Tunggu chapter selanjutnya !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar